Senin, 07 November 2011

Bagaimana cara marah yang sehat?

Dalam hidup ada senang ada susah, ada manis ada pahit, ada gelap ada terang, ada baik ada jahat...semuanya diciptakan berpasangan, positif dan negatif; walaupun bisa jadi pengertian positif dan negatif sangat berbeda tergantung cara pandang yang digunakan.
 
Sangat naif bila kita selalu mengharapkan hanya hal-hal positif yang menimpa kita. Pasti akan ada hal-hal yang tidak mengenakkan hati dan membuat hati kita tidak berkenan dan mungkin sampai memancing emosi kita.
 
That's life.
 
Kadang mengeluarkan emosi adalah hal yang sehat untuk dilakukan. Emosi yang selalu ditahan justru tidak sehat dan bisa berujung depresi, atau bisa juga malah meledak.
 
Di dunia yang semakin penuh dengan kompetisi dan kesemrawutan ini, marah kemudian seperti menjadi kebiasaan bagi banyak orang. Sampai kemudian ada ilmu tersendiri yang mempelajari kemarahan, yaitu: anger management; yang intinya mengelola kemarahan agar menjadi hal yang konstruktif, bukan destruktif.
 
Bagaimana cara marah yang sehat?
  • Kalau sangat marah, usahakan jangan berdiri, duduklah. Posisi berdiri membuat kita gampang untuk memukul atau menendang. Maka cobalah duduk dan atur nafas. Kalau duduk masih terlalu emosi juga, maka berbaringlah.
  • Selalu ingat untuk bernafas. Selalu bernafas artinya selalu ada suplai oksigen ke otak, sehingga otak dapat berpikir lebih jernih dan tidak sepenuhnya terhanyut oleh emosi.
  • Jangan ambil keputusan besar pada saat marah. Marah artinya gengsi/harga diri diposisikan lebih tinggi daripada logika. Maka sangat mungkin keputusan yang diambil bukan lah yang terbaik. Daripada menyesal, lebih baik tunggulah sampai kepala menjadi dingin untuk mengambil keputusan besar.
  • Marahlah secara spesifik pada apa yang membuat kita marah. Jangan melebar kemana-mana, dan jangan menggeneralisir, karena hal itu justru membuat masalah menjadi semakin rumit.
  • Marahlah karena hal-hal yang besar; jangan terbawa emosi untuk hal-hal sepele. Penyebab marah menunjukkan seberapa besar jiwa kita dan seberapa tinggi posisi kita.
Ingatlah bahwa melampiaskan kemarahan itu seperti kita menancapkan paku di papan kayu. Ketika marah usai dan kita minta maaf, sama dengan kita mencabut paku itu dari papan. Walaupun paku sudah tidak tertancap lagi, tetapi ada bekas yang tertinggal di papan. Bekas itu adalah lukanya hati orang yang dimarahi.
 
Kesimpulannya: Marahlah pada saat seharusnya marah, dan marahlah secara sehat.

2 komentar:

  1. terkadang ada amarah yang susah didefinisikan pak. bisa jadi itu bukan amarah, tapi sangat mengganggu dan menimbulkan dengung emosi yang mirip dengan amarah. entahlah....

    BalasHapus
  2. menurut saya, itu seperti emosi yang tidak tersalurkan, dan menjadi stres.
    bisa berupa rasa marah, kekecewaan, hasrat yang tidak terpenuhi terhadap orang lain, atau bisa jadi terhadap diri sendiri.
    saran saya, carilah teman curhat yang berpikiran positif dan bisa dipercaya. kalau tidak ada temen seperti itu, mengadulah kepada Tuhan, rasakanlah Dia ada.

    BalasHapus

lakukan satu satu

anak muda, lakukan semuanya sepenuh hati. jangan pernah setengah-setengah karena itu hanya membuang waktumu saja. fokuslah pada apa yang ...